Betapa bodohnya dirimu jika kamu
hanya mau didengar, tanpa mendengar orang lain. Tapi perangaimu telalu sulit
untuk dibantah. Memaksa orang untuk mendengar semua isi otak yang ingin kau
muntahkan.
Kau serupa orang bebal yang
konflik dengan tetangga karena kau menikahi istri kawannya. Tapi siapakah yang
bisa kau dengarkan saat ini?
Akh, aku terlalu berani untuk
memaksamu diam atau aku ingin muntah sepertimu. Diamkan segala nyalimu yang
hampir memberontak setiap pagi untuk bicara. Bicara banyak, itu yang
orang-orang bilang padaku tentangmu.
“Sebentar.” Itu yang selalu
menjadi dalihmu, tangan yang kau angkat, kepala yang kau pegang, lalu menghindar
sebentar, kembali lagi dan bicara. Kau terus menginterupsi setiap bibir yang
bergerak untuk bicara.
“Sebentar.” Kau lagi-lagi
mengatup mulut yang sudah terlanjur terbuka. Hati yang memberontak dan jantung
yang berdetak perlahan ingin mati rasanya pergi jauh, jauh dari hadapanmu
karena terlalu lelah mendengar bicaramu.
Betapa bodohnya aku menguras
pikiran untuk sesuatu yang tak berarti ini. Tak berarti untuk terus kupikirkan.
Kepalamu yang gundul menjadi kebanggaanmu sejak melihatmu duduk bersila di atas
tilam, itu yang sering kau pegang, kau elus dan berkata : sebentar saja, ingin
bicara.
Sebentar saja ingin bicara, lagi
dan lagi. Tak pernah kau berpikir bagaimana kerongkongan ini sudah mengering
karena menelan air ludah tanda menahan gejolak dalam diri ingin memberontak.
“Sebentar.” Kau menggigit jarimu,
melirik dengan jahatnya setiap orang yang mau mengutarakan rasanya, pikirnya
dan idenya. Menganggap mereka terlalu lemah untuk melawan.
“Berapa lama lagi kau harus
mengatup mulut, dengan tenang berdiam diri untuk meresap suara hati?”
“Sebentar. Bukan itu maksudku,
bukannya kau bodoh tapi dengarkan pengertianku,” dalihmu.
“Sebentar, jangan hiraukan. Aku sudah
terlalu terbiasa dengan itu. Bicaralah terus. Karena telinga kananku siap
mendengar, dan telinga kiriku terbuka lebar untuk mengeluarkan segera semua
yang masuk.”
“Sebentar, kamu bicara apa tadi?”
Lumba-lumba, July 3 th2013
No comments:
Post a Comment