Thursday, June 20, 2013

BBM

Antara menyatakan kebenaran ditengah sekularitas atau meraup keuntungan ketika berkuasa Di telinga kita sebagai warga Indonesia mungkin sudah tak asing lagi dengan kata BLT (Bantuan Langsung Tunai)
ataupun BBM (Bahan Bakar Minyak). Bagaimana tidak setiap kali membuka saluran stasiun Televisi, yang diberitakan adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak [BBM], yang diiringi dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai dan ini berlangsung bukan setahun tapi setiap tahun bahkan bertahun – tahun seperti menunggu pergantian Kepala Daerah yang dilangsungkan dengan PILKADA demikianlah masyarakat menunggu berapa persenkah kenaikan BBM tahun ini dan tahun berikutnya. Banyak suara menjerit dipelosok kota dan di setiap tepi kota, yang berusaha dengan nada yang tak pasti mengeluarkan kalimat yang tidak mungkin di dengar oleh siapapun, karena ia berbisik, “mengapa harga BBM melonjak naik?” Harga bahan pokok naik, sementara pemerintah berjanji akan memberikan Bantuan Langsung Tunai yang akan dimulai bulan Juni sampai dengan Desember 2008. “BLT akan diberikan setiap bulannya sebesar Rp.300.000,-/Rumah tangga yang selanjutnya dibayarkan setiap tiga bulan sampai dengan bulan Desember.
Pemerintah mengumumkan bahwa ada sepuluh (10) kota yang akan menerima BLT pada bulan Juni – Agustus yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Banjarmasin, Makasar, Kupang dan Medan (Kompas 22 Mei 2008, Hal.1:BLT dibayarkan hari Jumat)”. Disisi lain, tidak sedikit anak bangsa yang menangis, merasakan penderitaan di atas tempat tidur, yang hanya berharap setetes kasih sayang dari orang lain untuk menolongnya bangkit dari keterpurukan, berharap biaya pengobatan yang semakin tinggi akan ada kompensasi, dan semua harga pokok naik berdalihkan harga BBM akan naik. Tidak kala penting, biaya pendidikan yang semakin tinggi. Semakin tinggi pendidikan seseorang, Semakin naik harga BBM, semakin tinggi pula biaya pendidikan. Dengan demikian semakin banyak warga Negara yang miskin, angka kematian bertambah setiap tahunnya. Di Surabaya dinyatakan bahwa bayi AIDS bertambah 40 jiwa (Kompas 23 Mei). 40 jiwa ini hanya yang terdeteksi masuk RS Dr. Soetomo, percaya atau tidak di luar sana masih banyak jiwa menjerit membutuhkan pengobatan, karena kondisi ekonomi yang terbatas sehingga sulit untuk mengobati penyakit menular ini, yang diawali dari gizi buruk orangtua yang ditularkan kepada anaknya. Hal ini terjadi karena untuk memperbaiki gizi sangat sulit dengan keterbatasan ekonomi yang berpengaruh dari kenaikan semua harga pokok. Bukankah yang terlihatsaat ini adalah wakil rakyat yang sedang memperjuangkan kursi kekuasaan di Negara ini. Dengan mempergunakan banyak cara untuk naik ke ‘pelaminan’, dengan banyaknya janji – janji palsu yang diberikan seperti bebas biaya sekolah, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sampai saat ini, bagi yang “benar – benar” miskin saja belum pernah merasakannya. Wakil Rakyat bangsa ini tidak menyadari bahwa ketika mereka memperjuangkan diri untuk menjadi yang pertama, banyak anak – anak terlantar di tepi – tepi lampu merah yang tak kalah memperjuangkan hidupnya berusaha menarik perhatian “bapak pejabat” berkacamata hitam, yang menatap lurus ke depan sambil menunggu giliran melabuhkan mercynya. Haruskah kita terus tunduk kepada pemerintah yang menjadi tangan kanan Allah tapi melakukan hal yang tidak dikehendaki Allah? Adakah pemerintah yang dari Allah tapi tidak takut kepadaNya sebagai Pemerintah di atas pemerintah?? Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup, yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Matius 10 : 26 Ketika suatu pagi penulis menonton sebuah acara di televisi (Hati Nurani), dari tema ini cukup menarik perhatian dan sedikit tidak ada rasa terharu mendengar pengantar dari sang pembawa acara bahwa: betapa menderita seseorang yang potretnya ditayangkan, dengan penyakit stroke yang dialaminya sehingga dia sulit untuk mengusahakan hidupnya, anaknya terpaksa menikmati hidupnya di atas tempat tidur karena buta akibat kecelakaan dan di PHK, sedangkan istrinya harus menjalani profesi sebagai pemulung karena tidak adanya biaya/modal untuk usaha. Dari tayangan yang cukup mengharukan, begitu menderita seorang rakyat Indonesia, yang jauh dari perhatian. Dengan ditayangkannya potret hidupnya dalam acara ini tidak membuatnya bangga akan kondisi yang demikian karena banyak orang yang menonton, tapi jauh dilubuk hatinya ada pertanyaan, jeritan yang tidak dapat dirasakan oleh siapapun, bahkan presidenpun tidak, apalagi beliau (mungkin) tidak melihat tayangan ini? Jeritannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang altruis yang tidak hanya simpati tapi empati, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan berusaha menanggungnya bersama – sama, yang peduli keadaan orang lain, yang tidak hanya memperhatikan kepentingannya sendiri (Filipi 2 : 2,3). Harapan satu – satunya adalah adanya dana untuk pengobatan gratis, yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Sepertinya wakil rakyat dengan kesibukan masing – masing, bagaimana mempertahankan harga diri, tetap berkuasa dengan pemerintahan yang “anaki” tapi mengorbankan integritas, mereka sudah ‘buta’ dengan kondisi rakyatnya? Mungkin ia melihat, tapi ia buta! Bagaimana? Bukankah pemerintah kita, tangan kanan Allah, sibuk dengan urusan politik (bagaimana memenangkan Pemilu, cukupkah dana kampanye, siapa saja yang mendukung partainya dll). Apa yang sedang diperebutkan parpol saat ini? Bukankah aliran dana yang diharapkan melebihi estimasi. Artinya Partai – partai peserta pemilu yang segera ditetapkan KPU harus menyiapkan “bahan bakar” berupa dana kampanye. Dana kampanye yang dibutuhkan amat besar dan potensi penyimpangannya pun juga besar (Kompas, hal.6). ini berarti banyaknya sumbangan yang sebenarnya melebihi ketentuan, “dipecah-pecah” agar sesuai batasan dan untuk menghindari hukum, hal inilah yang dinamakan “akal – akalan politik” oleh Topo Santoso (Opini, hal. 6 “Ancaman Dana Kampanye Illegal”. Hal ini terjadi karena adanya kelemahan – kelemahan peraturan pemerintah seperti : pertama, tidak adanya larangan/sanksi bagi munculnya tim – tim sukses tak resmi yang secara faktual berkampanye sehingga banyak sumbangan mengalir melaui mereka. Kedua, adanya rekening lain di luar rekening dana kampanye. Ketiga, tidak adanya batasan dana kampanye dari kandidat presiden/wakil presiden, sehingga dana mengalir melalui dua pintu. Secara sadar atau tidak, kandidat parpol dan pemerintah negeri bukan saja semakin pintar semakin berkuasa, tapi semakin banyak kegiatan semakin kreatif. Kreatif membuat rekening lain dalam urusan politik demi kepentingan sendiri, kreatif menyuap, kreatif dalam penyimpangan. Pemeritnahan kita atas terlalu bermurah hari kepada pelaku politik yang tidak bertanggung jawab dalam urusan dana. Pemerintah harus cepat menyadari dan mengambil sikap atas para koruptor kecil – kecilan yang membawa dampat sangat besar bagi perkembangan baik politik, ekonomi, hukum di negeri ini. Percaya atau tidak, peristiwa ini akan terulang lagi di tahun mendatang, karena tersangka telah melihat bahwa tidak ada sanksi yang begitu berat atas kelakuannya. Kalau kita perhatikan, betapa memilukan negeri ini, jauh dari kesejahteraan, jauh dari kedamaian, jauh dari saling memperhatikan. Negeri ini dekat dengan pertikaian, korupsi, pembunuhan – kasus multilasi di Jombang, dan negeri ini sangat dekat dan sudah di ambang kehancuran. Semakin tua bangsa kita ini, semakin banyak kejahatan terjadi karena sudah begitu banyak team kreatif, semakin bertambah angka kematian karena pembunuhan. Dan tidak sedikit warga yang mengakhiri hidupnya sebelum waktunya. Seorang Ibu yang tegah membunuh anaknya lalu mati gantung diri karena keterbatasan ekonomi. Di mana hati nurani pejabat ekonomi ketika melihat kondisi rakyat seperti ini? Inikah yang disebut dengan Kesejahteraan rakyat? Apakah bukan damai namanya jika tidak ada penggelapan, penyimpangan, jika BBM tidak naik? Tidak adil bila harga BBM naik setiap tahunnya, begitu pikir bapak yang di atas. Di pasaran tidak sedikit pengusaha kecil menaikkan harga sembako stock lama dengan alasan untuk menyeimbangakan keuntungan dengan BBM. BBM lagi. BBM lagi! Tapi kalu sembako tidak ikut naik, tidak adil! Lalu bagaimana dengan gakin (keluarga miskin) yang tidak punya “kekuasaan”, tidak memiliki usaha, hanya berharap uluran tangan dari bapak – bapak yang melaju dengan kencang? Bagaimana dengan pertambahan angka kematian ibu & anak, sementara presiden mengumandangkan Indonesia harus mengurangi angka kematian ibu & bayi? Apa tindakannya? Satu lagi, Apakah dengan memperingati hari kebangkitan Nasional yang menggugurkan tokoh politi Bpk. Sophan Sophiaan, akankah bangsa ini benar – benar bangkit dari kemiskinan, penderitaan, penganiayaan, penyakit, dan politik?? Melihat keadaan ekonomi bangsa ini, lulukah hati pemerintah untuk tidak menaikkan BBM? Adakah pengobatan gratis bagi rakyat yang tidak mampu? Cukupkah dana BLT sebesar Rp. 300.000,- intuk mengatasi kenaikan semua harga pokok dalam sebulan dengan jumlah anggota keluarga rata – rata 6/KK? Benarkah rakyat miskin di seluruh Indonesia memperoleh dana BLT? Apakah semuanya ini akan berjalan lancar? Ataukah wakil rakyat terus sibuk memperjuangkan kursi kekuasaan, sementara anak bangsa menjerit memperjuangkan hidupnya dibawah kolong jembatan, di bawah pohon, di sudut warung dan di lampu merah??? Firman Tuhan mengatakan agar kita jangan takut terhadap apapun, karena apa yang kita alami saat ini, kita tidak perlu bingung kenapa ini danitu terjadi karena semuanya akan terungkap pada waktunya. BBM vs BLT = tidak menciptakan kesejahteraan Mulai tanggal 22 Mei 2008, para pengendara sudah terlihat penuh di setiap stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), dikarenakan pasokan BBM yang menurun sehingga warga harus mengantre berjam – jam di SPBU. Setiap konsumen diijinkan hanya boleh membeli ± Rp. 10.000,-/kendaraan Roda dua dan Rp.50.000,-/kendaraan roda empat. Banyak warga mengeluh dengan keaadaan seperti ini, karena antrean yang makin lama, membuat orang jenuh. Bagaimana dengan karyawan yang harus bekerja cepat, apakah ia harus di-PHK hanya karena sering terlambat akibat kehabisan bensin dan mengantre? Dengan naiknya BBM, apakah akan bertambah kesejahteraan bangsa ini? Tidak! Stasiun televisi hanya menayangkan berbagai kekacauan dan kelakuan yang anarkis dari orang – orang yang memperjuangkan uangnya Rp.2.000,- yang dipersiapkan untuk membeli lauk agar tidak jatuh dengan bertambahnya harga minyak goreng? Yang ada hanyalah pertikaian antara pegawai SPBU dengan konsumennya. Antara aparat dengan warga. Dimanakah pemerintah ketika melihat hal – hal tersebut? Adakah campur tangan Tuhan di dalamnya? KEMERDEKAAN = Yesus mati Saudara – saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah supaya jangan kamu saling membinasakan Galatia 5 : 13, 15 Sejak Indonesia mengumandangkan kemerdekaan pada tgl 17 Agustus 1945, hari ini menjadi peristiwa penting bagi negara Indonesia, karena tidaklagi dijajah oleh bangsa lain, sudah berdikari, tidak ada lagi kejar – kejaran dan pembantaian, tidaka adalagi kerjapaksa. Mungkin hal inilah yang paling diingat ketika kita ditanya mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia. Atau G 30 S PKI? Pertumpahan darah para pahlawan bangsa. Jika kita mengenang (mengheningkan cipta) para pahlawan tanpa tanda jasa, maka seharusnya kita perlu ingat 3 kata sederhana ini ; Kesatuan, Kemerdekaan, Kesejahteraan, atau 3 simbol/semboyan/ ini ; Bendera Merah putih, Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945. Merdeka artinya bebas. Bebas dari penjajahan, kemiskinan, kelaparan, korupsi, pertengkaran, pementingan diri & penganiayaan karena Indonesia telah dianiaya oleh negara lain, maka warga Indonesia seharusnya menikmati apa yang telah diperjuangkan oleh pahlawan kita. Seharusnya tidak ada lagi rasa membeda – bedakan, (ras, agama, suku, bahasa). Terciptanya peraturan pemerintah yang baru, yang mengikat rakyatnya dan terpaksa harus mematuhinya. Kenaikan bahan pokok adalah contoh yang realita, mau tidak mau rakyat harus taat & tunduk. Ketika dikumandangkan kenaikan harga BBM yang diikuti dengan pemberian BLT, tidak sedikit rakyat yang suaranya tidak diperhitungkan bahkan tidak diperdulikan oleh pemerintah yang bukan Demokrasi lagi tapi otoriter & “anarki”. Pemberian BLT hanya alat untuk menutup mulut rakyat yang menolak tindakan pemerintah tersebut. Inikah yang dinamakan kemerdekaan? Adakah kedamaian ditengah pergolakan menolak kenaikan harga yang tidak jarang menewaskan orang yang tidak bersalah? Apakah penjaga keamanan sebagai sasaran para pemberontak yang bertindak semena – mena, adilkah ini? Dimana hati kita ketika para ibu berteriak berharap haknya diperoleh, ketika lumpur lapindo mengancam hidup mereka? Adakah kemerdekaan, keadilan, kasih, perhatian di dalamnya? Ataukah hanya ’aku’nya yang dipertahankan? Kemerdekaan kini bukan lagi dinikamti tapi diperebutkan. Yang kuat menekan yang lemah. Yang kaya semakin kaya - yang miskin makin melarat. Berbahagialah kita jika kita miskin dihadapan Tuhan karena kita kaya didalamNya! Ketika Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus dengan jalan via dolorosa, Ia menanggung malu, siksaan, hinaan. Hal ini bukan lagi hal asing bagi setiap orang Kriten. Yesus mengambil jalan satu – satunya ini untuk menyelamatkan manusia dari kebobrokan, dosa yang tak mungkin lagi bisa diselesaikan dengan cara manusia. Saat itulah keselamatan itu diperoleh bagi setiap manusia yang percaya akanjalan salib, jalan penderitaan, via dolorosa ini. Berkaitan dengan hal ini, satu ucapan Yesus sebelum Ia menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan Bapa, yaitu : ”Sudah selesai”. Ini berarti tujuan dan pekerjaan Yesus sudah selesai. Yaitu Ia di utus ke dunia untuk menebus dosa manusia, dan Ia berhasil menyelesaikannya di atas kayu hina itu. Ini berarti pula bahwa kita telah dibebaskan dari hukuman maut dari Allah karena dosa. Kita merdeka karena Yesus yang tidak berdosa telah menanggungnya. Suratnya kepada Jemaat di Galatia, Paulus mengingatkan bahwa ketika kita percaya bahwa Yesus mati, di salib karena dosa kita, maka ketika itulah kita memperoleh kemerdekaan itu tapi sekali lagi Rasul Paulus mengingatkan agar kemerdekaan yang kita peroleh dengan cuma – cuma itu, tidak dipergunakan untuk hidup di dalam dosa. Hidup di sini berarti mengikatkan diri pada dosa dan menjadi hamba dosa. (Roma 6 : 19) KESATUAN REPUBLIK Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap – tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga Filipi 2: 3,4 Namanya warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tentunya tidak asing lagi dengan warna ini. Warna bendera tanda perjuanagan bangsa. Merah artinya berani. Hal ini telah dibuktikan oleh para pejuang yang kini tiada lagi. Mereka rela berkorban demi mempertahankan antara hidup mati. Kalau diingat kemabli, mereka (pahlawan, red) berjuang membela tanah air, yang kini disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberanian para pejuang yang ditularkan adalah keberanian untuk menentang penjajah, menyatakan kebenaran, menolak berbagai bentuk kejahatan. Benarkah ini yang terjadi setelah generasi ke-2, ke-3 dan seterusnya? Adakah rakyat yang berani menjamin bahwa hal inilah yang terjadi? Adakah yang menolak jika saya mengatakan, apa yang menjadi harapan tidak seperti kenyataan? Saya berani jamin bahwa 101 % dari rakyat mengakuinya bahwa Indonesia tidak lagi mengalami kemerdekaan. Keadilan sudah jauh dari harapan. Kerusuhan dimana – mana. Perang agama terjadi sudut – sudut negeri ini, banjir dan sejenisnya. Warna merah dipadukan dengan warna Putih artinya suci, bagai pasangan yang seimbang antara suami dan istri. Tidak baik kalau hanya ada merah. Hanya keberanian. Tapi harus dibarengi dengan putih. Kesucian. Pertanyaannya adalah mengapa pendahulu kita, para pejuang bangsa memutuskan untuk memadukan kedua warna ini yang artinya begitu mulia. Berani dan suci? Kalau saya melihat, ada 3 harapan pendahulu kita berkaitan dengan warna lambang kemerdekaan : Pertama, Kesatuan. Ketika para pendahulu bangsa ini berjuang, mereka tidaklah kerja sendiri, mereka tidak mengandalkan satu suku terkuat, terkaya, terhebat, tapi perjuangan mereka adalah perjuangan Pancasila yaitu BHINNEKA TUNGGAL IKA, berbeda – beda tapi satu jua. kedua, kemerdekaan para pahlawan tanpa tanda jasa itu, ketika berjuang, mempertaruhkan nyawa, berjuang membela negara ini agar bebas dari penjajahan, bebas dari kerjapaksa, dan akhirnya tanggall 17 Agustus 1945 resmi menjadi hari kemerdekaan bangsa Indonesia dan mengibarkan Bendera merah putih sebagai lambangnya. ketiga, kesejahteraan, perjuangan yang tidak main – main, nyawa menjadi taruhannya demi memperoleh kemerdekaan, yang telah tercapai dan kita nikmati bersama (walau tidak terasa). Kemerdekaan ini diawali dengan pembacaan teks Undang – Undang Dasar 1945. Dimana inti utama dari UUD 1945 menciptakan kesejahteraan bersama. Pertanyaannya, sudahkah terwujud kesejahteraan itu? Pertama : Apa yang perlu dipersatukan? Orang – orang yang ada di dalam negara ini. Pemerintah & rakyat, atasan & bawahan, yang kaya & miskin, yang kulit putih & kulit hitam, yang pintar & bodoh, orangtua & anak, guru & murid, suami & istri, karena semua ada dalam satu visi yang sama. Bayangkan jika visi yang ingin dicapai oleh pemerintah terhadap bangsa ini, sama sekali tidak dimengerti oleh rakyat? Ketika atasan memerintahkan anak buahnya untuk meningkatkan order per bulan harus melebihi pengeluaran sedangkan si bawahan tidak mampu mengendalikan biaya? Mau dibawa kemana negeri ini? Apa kata dunia? Kedua : Kenapa harus dipersatukan orang - orangnya? Ada satu frase mengatakan : ”dua kaki satu tujuan, dua mata satu pandangan”. Apa maksud dari frase ini? Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dalam arti bahwa bangsa ini terdiri dari beraneka ragam suku, ras, bahasa & budaya. Dalam setiap suku tentu ada berbagai macam type orang yang berbeda – beda. Ketika orang – orang ini hidup dalam satu suku tertentu, kepala suku/daerah tertentu seharusnya mampu mempersatukan rakyatnya dan berbgai visi misi dengan tujuan bekerja bersama untuk mencapai satu visi yaitu kesejahteraan bersama. Seharusnya bangsa ini memiliki prinsip seperti ini, melibatkan raktyatnya untuk satu tujuan yang telah dicetuskan oleh pendahulu bangsa ini yaitu kelima sila dari Pancasila. Seperti semboyan Pancasila ”BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang artinya berbeda – beda tetapi satu jua. Ketika banyak rakyat menjerit & menangis, seharusnya bangsa ini ikut sedih. Bangsa ini harus memiliki hati yang altruis supaya tercipta arti dari BHINNEKA TUNGGAL IKA. Bukankah yang terjadi adalah sebaliknya? Apa yang terjadi dengan negara kita? Apakah penguasa negeri ini lupa membagikan visi kepada generasi berikutnya? Ataukah dengan sengaja generasi demi generasi melupakan dan mengabaikan sila ke 4 Pancasila? KESEJAHTERAAN BANGSA Ketika penulis membaca buku berjudul ”Kerajaan Yang Sungsang” karangan Donald B. Kraybill, dibagian Bab 11 penulis dapat menyimpulkan bahwa di zaman modern seperti ini kekuasaan sangat penting sekali. Orang-orang berlomba-lomba mengejar itu. Bahkan hal kejipun dilakukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan. Semua orang ingin berada di atas. Mereka ingin menjadi pemimpin, ingin di hormati dan ingin menjadi yang pertama. Hal ini membuat mata hati seseorarng tertutup. Mereka hanya mementingkan diri sendiri dan menganggap rendah orang lain. Padahal kita tahu bahwa kita ini adalah makhluk sosial. Jika kita sudah berada di atas dan memilih kuasa itu, yang sering terjadi kita hanya ingin di layani oleh orang yang statusnya di bawah kita, hanya karena kita merasa diri lebih hebat mereka. Kita tidak mau melayani orang lain karena kita merasa tidak butuh orang lain. Berbeda dengan keadaan Yesus yang justru menjungkirbalikan tahta raja – raja dunia. Yesus bukannya memamerkan kekuasaanNya, Dia malah memilih untuk merenda. Karena Dia hadir bagi mereka yang lemah dan kecil. Seharusnya Yesus lebih pantas untuk dilayani tetapi Yesus tidak butuh itu semua. Yesus justru melayani orang-orang yang menjadi sampah bagi pemerintah sebab itulah tujuan kedatanganNya ke dunia. Dia berkata dalam Markus 2 : 17 bahwa "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Yesus lebih menghargai orang-orang yang berada ”di bawah” daripada ”di atas”. Bagi Yesus pelayanan merupakan tongkat pengukur status dalam kerajaan yang baru. Tuhan menyambut anak-anak kecil yang melambangkan kehidupan kerajaan. Ia menyediakan waktu bagi anak-anak kecil karena barang siapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamNya. Yesus menjungkirbalikan fakta yang ada. Ia menyuruh kita tumbuh ke bawah dan mundur berlaku seperti anak kecil. Sekarang sudah saatnya kita membuang jauh kekuasaan yang hanya memenuhi kepentingan dunia. Kita harus bisa melayani dengan kemampuan atau karunia yang diberikan Allah kepada kita. Melayani adalah tujuan hidup kita bukan untuk dilayani. Apakah kita sudah siap meninggalkan kebesaran kita dan melayani orang lain? (Kerajaan Yang Sungsang, Bab 11, hal. 223) Kalau bangsa ini ingin sejahtera bukan dengan menaikkan harga BBM, kenapa Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak diberikan tanpa harus menaikkan BBM? Atau dengan kata lain, kenapa BLT itu tidak digunakan uintuk mencukupi kebtuhan yang karenanya harga BBM dinaikkan? Kenapa rakyat harus dibohongi dengan cara mengiming – imingi pemberian bantuan langsung tunai? Apakah pemerintah kehabisan dalih, membohongi rakyatnya sehingga kenaikan harga bahan pokok di sertai dengan pemberian BLT yang kalau dihitung – hitung hanya mencukupi kebtuhan dua minggu untuk 6 anggota Keluarga? Kenapa pemerintah kehilangan akal untuk tidak menaikkan BBM tanpa juga harus memberikan BLT? Cukup masuk akalkah tindakan ini? Hanya untuk kampanye, pemerintah harus mengeluarkan dana besar – besaran, tapi pemerintah tidak mampu membiayai seorang anak yang berbaring di Rumah Sakit karena penyakit AIDS yang dideritanya, hanya dengan biaya Rp. 3 jt. Haruskah terjadi pembunuhan berencana, karena seorang Ibu tidak sanggup menebus resep, ia harus rela kehilangan nyawa anaknya? Untuk kesejahteraan rakyat, Pemerintah perlu memikirkan beberapa hal yaitu : 1) Pemerintahan yang takut akan Allah. Roma 31 : 1 sudah jelas bahwa semua pemerintah itu adalah dari Allah, tidak ada yang tidak berasal dari Allah. Pertanyaannya, jika pemerintah itu adalah utusan Allah, kenapa kelakuannya tidak seperti yang diinginkan Allah? Jawabannya adalah ketidaktakutan kepada Allah yang membuatnya menyimpang. 2) Perekrutan Calon Legislatif yang ketat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelanjutan bangsa ini. Masalah yang terjadi dari tahun ke tahun adalah korupsi berantai. Pemimpin Parpol dari generasi yang satu ke generasi berikutnya sudah terikat skandal uang, sehingga ketika ia naik di kursi parlemen, kebutuhannyalah yang diutamakan. Bukankah pejabat parlemen dipilih untuk mengurusi bangsa ini, demi kesejahteraan bersama? 3) Menyusun kembali Rencana Anggaran Tahunan. Seringkali yang terjadi adalah, pengeluaran melebihi estimate, bahkan pengeluaran tak terduga lebih besar jumlahnya daripada pengeluaran pokok. Langkah berikutnya adalah pengauditan yang murni dan ketat Tapi yang ditemukan adalah kaki yang segera menuju kepada kebinasaam, mulut yang mengucapkan dusta, tangan yang tak sabar menumpahkan darah orang. Pemerintah sebagai wakil rakyat, yang memegang kekuasaan di negara ini, perlu memikirkan kembali, bagaimana mensejahterakan rakyatnya bukan bagaimana memenuhi kantong para pejabat pemerintahan. Karena dengan demikian, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin semakin melarat!! Dan ”orang kecil” dalam negeri ini hanya dapat berkata : Andaikan Harga BBM tidak pernah naik!! Andaikan pemerintah lebih bijak! Andaikan yang menjadi pemimpin negeri ini adalah pemimpin yang taku akan Tuhan! Bagi kita yang merasa tertegur, melakukan korupsi kecil – kecilan, baik uang, waktu, hendaklah kita membaca dan menyimak ayat berikut ini : Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Ibrani 13 : 5

No comments: