Friday, June 21, 2013

Di Balik Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Pengalaman yang unik atau mungkin aneh. Hari ini aku terbangun dari lelapnya tidurku. Waktu dilayar handphoneku baru menunjukan pk.05:00 wita, waktu yang masih enak untuk mengukir mimpi indah. Entah kenapa, di luar sana tidak ada ayam berkokok, tapi aku terbangun. Tidak jelas penyebabnya. Aku tidak terbiasa bangun jam seperti ini. Aku mulai mengingat-ingat, semalam aku nonton film ”In The Name Of Love”, filmnya diputar pkl. 23:30 wita, sebenarnya aku paling malas nonton film apalagi jam malam seperti itu, bagiku semua film tidak tahu maksud dan tujuannya dengan jelas tanpa konsentrasi penuh dari penontonnya tapi berhubung aku fans sama Om Roy Marten, jadi sekalian lihat Om Roy. Terpaksa harus bergadang sampai aku melewati hari selasa dan memasuki satu hari yang baru, yaitu hari Rabu tgl 18 Februari 2009, sementara waktu sudah pkl. 02:00 wita. ”Aku harus tidur karena besok jam 09:00 aku harus siap-siap untuk mimpin Kelompok Tumbuh Bersama (KTB)”, gumamku.
Seperti biasa kalo aku tidur telat, pasti sering kaget subuh. . . entah jam 2 atau 3. . . aku terbangun. Kali inipun terulang lagi, ada panggilan dari satu nomor yang belum aku save dimemori cardku. Karena waktu masih subuh (Pkl. 05:00), aku tidak menggubrisnya dan melanjutkan mimpi yang tertunda, saat itu aku bermimpi sedang melangsungkan pernikahan dengan pria yang mencintaiku. Itu indah ‘kan? Namun, sepuluh menit kemudian, suara yang aku dengar waktu yang lalu, kali ini terdengar lagi HP bunyi, setelah aku cek sepertinya ini nomor yang sama, kemungkinan penting, aku terima telpon yang aku tidak tahu siapa orangnya. . . dan diseberang sana aku hanya dengar suara yang tidak asing lagi. Itu suara kakak sepupuku. Ternyata dia pake HP orang lain. ”Lid, cepat ke Kapitan mama sudah meninggal. . . tut tut tut”. Tanpa titik, tanpa koma, tanpa selamat pagi kek. . . dimatikan lagi, padahal aku belum sempat menanyakan sesuatu. Kalau aku g’ salah dengar, tadi kakak bilang mama meninggal”. Aku pandangi sekeliling kamarku, kali aja aku mimpi buruk karena nonton film semalam, si Aca dilarang pacaran lagi dengan pujaan hatinya, dan terpaksa ia harus melarikan diri dan tinggal bersama dengan lelaki itu di rumah yang di beli beberapa tahun yang lalu oleh mama si lelaki itu. Tapi masa aku mimpi?? Ya.. ternyata bukan mimpi, ini sebuah kenyataan, mama meninggal? Mulailah aku mencucurkan airmata di pagi itu. Aku g’ percaya kalau mama meninggal. Tuhan, tidak mungkin! Aku pasti salah dengar! Airmata masih berlinang, aku ke kamar mandi, disitupun seolah aku ingin menambah jumlah air di kamar mandi, aku menangis tersedu-sedu. Kalau ada orang ngelihat aku dari jauh, mungkin dipikir aku gila. Aku keluar dan mengetuk pintu kamarnya Norce. . tanpa suara. Sepertinya ia masih terlelap. Tapi aku dengar suara orang gesek-gesek. . Mungkin ia takut dan pikir aku hantu lagi. Jam 5 rek.. Aku kembali ke kamar dan menangis lagi. ”Mama. . Tidak. Mama.. tidak boleh meninggal” Lid. . tapi ini sudah terjadi! Aku lap airmata dengan handuk miniku. Aku ambil Alkitab dan buku Santapan Harianku yang sejak semalam sudah menunggu di atas tempat tidurku. Aku buka dan memabaca Mark. 6:30. . tentang ”Yesus Memberi Makan 5000 orang” ”Ia mengambil roti (5 buah) itu, menengadah ke langit untuk mengucap syukur, lalu menyuruh murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang-orang yang mengikuti Dia sebanyak 5000 orang laki-laki saja belum termasuk perempuan dan anak-anak” Penerapan setelah aku membaca ayat Firman Tuhan ini adalah bahwa segala sesuatu baik yang kecil-besar, banyak-sedikit, bermanfaat atau tidak bagi kita, kalau diserahkan ke dalam tangan Allah, maka semuanya akan berguna bagi orang lain dan bahkan lebih. Waktu itu yang ada dibenakku adalah, bukan beras, bukan lauk tapi dompet. Aku tahu persis berapapun uang sisa didompetku. Dan waktu itu, sisanya Rp. 7.000,- mana mungkin cukup sampai tgl 25 Februari (waktunya gajian). Berkat dari firman Tuhan ini, aku ”memaksa” Tuhan untuk menyatakan kuasaNya atas aku. ”Kalau kuasaMu berlaku untuk murid-muridMu, maka kuasa itu juga berlaku untuk aku. Engkau tahu kebutuhanku sekarang. FirmanMu berkata, segala kekuarangan sekalipun akan Engkau pakai dan menjadi berkat bagi orang lain apalagi bagiku. Engkau juga tahu apa yang terjadi hari ini, mama meninggal, aku harus ke sana. Dengan uang Rp. 7.000,- ini apa yang harus aku pakaikan untuk membantu keluarga?” perkiraanku begini guys. . aku kerumah mama, harus bayar angkot Rp. 2.000,-, hari minggu aku ke Gereja bayar angkot PP Rp. 4.000,- Persembahan Rp. 1.000,- kan habis. Setelah bersiap-siap aku naik angkot ke rumah duka. Ternyata sudah banyak pelayat dengan mimik sudah berubah karena linangan airmata. Aku masuk dan memeluk bapa, sambil menangis. ”Sudah nak. . kita doakan saja, mama sudah tenang di sana” (malah bapa yang menghibur aku.. apa gak salah?) Aku kembali lagi menangis ketika melihat Nona, anak bungsunya mama terpaku di tembok. Aku memeluk dia, menangis tapi tanpa bicara iapun mengeluarkan airmatanya. *** Mama masuk RSU Mataram, tepatnya malam minggu tgl 7 Februari 2009. Sekitar pk. 05:00 wita aku baca SMS yang dikirimkan semalam oleh Sole bahwa “Mama masuk RS, tadi malam gak sadarkan diri 1 jam. Nanti datang di kamar Melati 1105”. Ini memang kali pertama mama masuk RS semenjak aku di Lombok hampir 5 tahun lalu. Hari minggu sepulang Gereja, aku angkat kaki ke RS dan aku menyaksikan sebagian dari penderitaan mama”. Tapi ternyata itu kali terakhir aku melihat mama membuka mata, berbicara sedikit untuk minta dipeluk oleh anak-anaknya. Kepergian mama sungguh sangat memiluhkan banyak kalangan. Airmata yang menangisi kepergiaannya tidak mungkin merubah masa lalu bersamanya. Masa lalu adalah kenangan yang ditinggalkan bagi kami semua. Semua punya kesaksian yang berbeda-beda, bahkan anak-anaknya menagih janjinya ketika dia sudah tiada lagi. Seperti kesaksian dari salah satu anaknya, bahwa mama janji untuk pulang kerumah dan minum obat China saja. Kenyataan yang diterima mama bukan pulang untuk minum obat, tapi pulang untuk selamanya, meninggalkan kami semua. Si bungsu pun, menangis seolah-olah airmata bisa membangkitkan mama, ia meminta mama bangun sebentar saja. Jadi ingat lagu yang dinyanyikan kerispatih Bunda. Mulai hening ketika Om Billy angkat biciara ketika airmata masih mambasahi pipi. “Sekarang mama sudah tenang bersama Kristus. Airmata tidak akan membangkitkan mama. Yang kalian harus lakukan sekarang adalah relakan mama pergi karena dengan cara apapun dia tidak akan bangkit, dan pikirkan sekarang apa yang kalian rasakan selama hidup bersama mama, jika ada yang menyakitkan mama dan kalian sadari saat ini, minta maaflah kepada Tuhan dan berhentilah melakukannya. Kalian ber-4 harus saling mengasihi, jangan berantem. Ingat Bapa sekarang.” Wah.. ketika kata-kata ini merasuk sampai ke jiwa, aku meneteskan air mata lagi, teringat masa-masa mama bersama keempat anak dan suaminya. Terkadang mereka cekcok hanya untuk meluruskan kesalahpahaman anak dan orang tua. “Mama melakukan semua itu demi anak-anak mama”, demikian kesaksian anak ke-2 mama mengingat masa itu. Kepergian mama untuk selamanya, hanya menyisahkan waktunya tanpa bicara kepada semua keluarga selama 1 hari di pembaringan. Tgl 19 Feb.’09 mama dimakamkan di pemakaman Kristen-Kapitan. . . Sore aku pulang mandi membawa motor (tapi aku berdosa karena mengendarai kendaraan tanpa SIM) Akhirnya uang Rp. 7.000,- tepat habis pada tgl 25 Februari 09 dengan membeli 2 sachset shampoo. .. Hahha... *mama yang meninggal adalah istri paman, tapi aku terbiasa memanggilnya ‘mama’

No comments: