Thursday, June 20, 2013

Siapakah Aku Ini?

Siapakah Aku Ini? Siapakah aku ini sehingga layak dibicarakan oleh mulut nabi?
Siapakah aku ini sehingga daripadaku akan keluar tunas tunggal dari tunggul Isai_yang dapat menolak yang jahat dan memilih yang baik.
Siapakah aku ini, sehingga Roh Allah berkenan mendatangi aku menembus jutaan galaksi?
Siapakah aku ini, sehingga penghuni Sorga rela menemuiku diantara ribuan suku di dunia?
Siapakah aku ini, sehingga Roh Allah berkenan mendapatkanku diantara milyaran gadis di bumi? Siapakah aku ini, sehingga salam dari Sorga sampai kepadaku? Bukankah aku ini tidak lebih dari tunangan seorang tukang kayu? Seorang gadis kampung yang tak dianggap oleh suku bangsanya sendiri?



Akh sesungguhnya Allah memilih aku bukan tentang siapakah aku, bukan karena sukuku. Lalu, siapakah aku ini, sehingga Allah berkenan memberi kasih karuniaNya kepada seorang gadis sepertiku? Bukankah aku ini hanya seorang gadis yang sedang dipinang dan menunggu waktu menjadi seorang penghuni dapur dan hanya melakukan setiap kata suami? Sesungguhnya aku punya naluri wanita, mengimpikan keluarga yang sederhana nan harmonis. Suatu mimpi yang tengah berjalan menuju kenyataannya.

Dan, bukankah itu mimpi sebagian besar wanita? Akh.. susungguhnya Allah berkenan kepadaku bukan karena pekerjaanku. Tapi. . . Bukankah diluar sana terlalu banyak wanita tersohor, berbakat, telaten dan lebih baik dariku yang pantas untuk menyandang Roh Allah untuk kelahiran Sang Anak Kudus? Bukankah ahli agama lebih tepat dipilih untuk melakukan tugas mulia ini? Akh… pikiranku terlalu melayang jauh…

Sesungguhnya Allah mengasihi aku bukan karena aku bisa. Ya, bukan karena kelebihanku. Tapi, siapakah aku ini, sehingga Anak Allah Yang Kudus, Yang Maha Tinggi lahir dari kandungan seorang berdosa sepertiku bahkan tunangan seorang tukang kayu? Apalagi melahirkan bayi bukan dari hasil pernikahanku dengan Yusuf. Lagipula… Bukankah sepatutnya Sang Raja lahir di istana yang megah? Apa kata mereka tentang diriku? Kehinaankah yang akan kutuai ketika aku dilahirkan bumi ini? 

Bagaimana dengan Yusuf? Bukankah dia mengharapkan seorang perawan menjadi istrinya? Apakah pertunangan ini harus menaburkan airmata yang tak terperih? Wanita mana yang sanggup menanggung cela ini? TUHAN, janganlah kiranya kesakitan menimpah aku sebelum waktunya. Kalaupun itu harus terjadi, bukankah lebih tepat saat aku telah menuntaskan pertunangan dan menjadi istri yang sah bagi Yusuf? 

Tapi, kepada siapakah aku mengadukan semua ini? Dan kemanakah aku harus memperoleh jawabnya? Haruskah ku-menerima celaan dari para manusia dan tunduk sepenuhnya pada Allahku? Siapakah yang patut memberiku pencerahan dan jawaban bagi setiap tanya yang menggangguku? Tak sanggup aku menjelaskannya. 
Sesungguhnya Dia, Allah Israel, Allah nenek moyang Yusuf berkuasa atas manusia, dan rencanaNya baik adanya. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana Siapakah aku ini? Sehingga aku patut mengerti apa yang Allah pikirkan dan bahkan pikiranku tidak menjangkau pikiran Allah. Sebab terpujilah Allah yang melakukan apa yang dikatakanNya. 
Namun, terlalu menyakitkan untuk memikirkan jawabannya. Terlalu sulit bagiku memilih diantara keinginan dan kenyataan yang harus kulewati. Kuingin membungkam semua mulut dan membekukan semua kalbu manusia yang sekiranya mungkin mencemooh aku. Akh, haruskah kumemikirkan apa kata mereka untuk taat kepada Allah? Siapakah aku ini? “Sesungguhnya aku ini adalah Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”. 


Dibacakan pertama kali dalam Natal Perkantas Mataram, Desember 2011. Dibcakan lagi dalam Natal PMK IKIP, 6 Januari 2013

No comments: