Thursday, June 20, 2013

Kebebasan Tanpa Batas (?)

Beberapa minggu ini saya menyaksikan iklan salah satu provider, yang menurut saya menarik. Provider tersebut mengeluarkan satu pernyataan menggelitik sedikit apatis“Katanya kebebasan itu nyata” yang didasari atas satu pertanyaan bahwa kenapa kebebasan itu dibatasi kalau nyata. Pernyataan tersebut kira-kira dibuat karena melihat kenyataan bahwa orang yang diberi kebebasan namun tidak benar-benar ‘dibebaskan’. Kebebasan seharusnya tanpa syarat dan tanpa batas, begitulah iklan tersebut memprovokasi. Pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa kebebasan itu omong kosong. Kenapa? Karena Anda diberikan kebebasan oleh orangtua atau abang Anda untuk berbuat apa saja asalkan tidak melebihi jam 10 malam. Anda diberikan kebebasan oleh orangtua Anda untuk memilih pekerjaan apa saja, asalkan gajinya besar dan tidak memalukan. Anda diberikan kebebasan untuk memilih teman-teman Anda, asalkan dari keluarga baik-baik, terpandang dan berpendidikan, dan seterusnya. Intinya Anda diberikan kebebasan yang bersyarat. Lalu, apa tanggapan Anda?
Mungkin Anda setuju dengan pernyataan tersebut, karena memang sesuai dengan fakta yang terjadi dimasyarakat dan mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Terlalu banyak pilihan, sehingga Anda berpikir lebih baik tidak diberikan kebebasan sama sekali. Bagi saya, iklan itu menarik karena memang kenyataannya seperti itu, orang diberikan kebebasan dengan banyak batasan atau syaratnya, bahkan seakan-akan batasan lebih banyak daripada kebebasan yang diberikan. Misalnya waktu saya beranjak dewasa, ayah saya boro-boro memberikan kebebasan, berteman dengan lelaki itu sudah suatu yang tabuh. Tidak boleh pergi ke tempat ramai sendirian apalagi lebih dari jam 7 malam, tidak boleh ikut group ini dan itu. Nenek saya memberikan kebebasan dalam hal berpacaran, asalkan disetujui oleh orang tua, keluarga yang baik-baik. Saya benar-benar tidak bebas. Saya seperti mengikuti sebuah lomba menulis novel yang saya rasa mampu lakukan, tapi saya tidak mampu dengan ketentuan-ketentuan atau syaratnya. Harus menyelesaikan 150 halaman dalam waktu satu minggu, tema ditentukan, harus bergabung di group A, B, C, membayar biaya pendaftaran dan seterusnya. Kemampuan saya mungkin bisa untuk menulis novelnya, tapi saya tidak bisa memenuhi semua syaratnya. Kalau Anda ingin kebebasan yang tanpa batas seperti iklan provider tersebut, coba lihat sekeliling Anda. Adik Anda yang masih gadis pulang jam berapa semalam? Sepupu Anda berpacaran dengan siapa? Keponakan Anda bergaul dengan siapa saja? Pacar Anda bekerja sampai jam berapa dan pulang diantar siapa? Bukankah itu kebebasan yang tanpa batas? Mereka tidur dimana, bersama siapa, bergaul dengan siapa saja, tak ada batasan. Cobalah melihat yang lebih luas. Seks bebas dimana-mana dengan usia tanpa batasan, dari dibawah umur sampai yang lanjut usia. Berapa banyak wanita yang hamil tanpa ada yang bertanggungjawab? Kejahatan dirancang dimana saja, kepada siapa saja dan terjadi kapan saja. Berapa banyak nyawa melayang oleh ulah para pelaku kejahatan? Pemerkosaan? Tidak lebih baik dari meningkatnya jumlah perdagangan anak. Akh, terlalu sulit menggambarkan kondisi dunia kita ini. Kurang bebas apalagi masyarakat kita sekarang? Anda dan saya sudah terlalu sumpek oleh masalah, dari keluarga sampai politik. Lihatlah kondisi bangsa di usia kemerdekaannya yang senja. Kasus Korupsi tak terselesaikan, peperangan tanpa kendali, pertikaian tanpa batas, kejahatan dimana-mana, pemerkosaan, perdagangan anak, pembunuhan, kerusuhan, masalah politik, jabatan, kekuasaan dan seterusnya. Kalau berani bertanya, mau bebas seperti apa lagi? Bukankah kemerdekaan Indonesia telah diraih 67 tahun berlalu, tapi cobalah tanyakan kepada masyarakat atau kepada diri Anda sendiri apakah benar-benar menikmati kemerdekaan itu? Ataukah Anda berkata seperti saya dan banyak orang diluar sana, bahwa bangsa Indonesia masih terpenjara dan terjajah oleh bangsanya sendiri. Melihat ruwetnya sekeliling Anda, masih beranikah Anda meminta kebebasan yang tanpa syarat dan tanpa batas? Bukankah para koruptor melakukan aksinya karena menyalahgunakan jabatan dengan bebas tanpa batas? Dan sekarang Anda ingin muntah melihat pemberitaan di televisi. Kebebasan dan kemerdekaan yang sesungguhnya bukanlah tanpa batas tapi kemerdekaan yang sesungguhnya harus ada batasnya yaitu kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan yang betanggungjawab tidak menyalahgunakan tugas, tidak menyalahgunakan kemerdekaan. Bagaimana di dalam setiap tugas dan pekerjaan atau jabatan yang kita emban, kita manfaatkan dengan maksimal dan bertanggung jawab, sembari memperhatikan batasan-batasan, norma dan hukum yang berlaku. Kebebasan itu ada batasnya. 1. Anda bebas menggunakan Uang Anda tapi bertanggungjawab kepada penggunaannya, tapi jangan bebas menggunakan uang orang! 2. Anda bebas menjabat sebagai apa saja, tapi Anda mesti bertanggungjawab terhadap tugas Anda! 3. Anda bebas memilih calon istri Anda, Anda juga bertanggungjawab terhadap rumah tangga Anda! 4. Anda bebas menggunakan waktu Anda, tetapi Anda bertanggungjawab terhadap apa yang Anda lakukan! 5. Anda bebas terhadap diri Anda, tetapi Anda bertanggungjawab terhadap apa yang akan terjadi pada diri Anda! 6. Sebebas-bebasnya Anda, Anda tetap bertanggungjawab untuk semua yang terjadi dan yang Anda lakukan! Karena kebebasan yang tidak omong kosong itu ada batasnya! Selamat Hari Raya Kemerdekaan!

No comments: